Penjualan menurun. Stok tertahan di gudang. Perputaran modal menyedihkan. Ongkos produksi meningkat. Tagihan jatuh tempo. Pengeluaran bulanan tidak bisa ditunda. Prospek ke depan masih samar-samar.
Manajemen mengusulkan efisiensi besar-besaran. Pengeluaran di pangkas. Anggaran di potong sana-sini. Tidak ada penerimaan pegawai baru bahkan bisa ada pengurangan. Jumlah produksi di kurangi, stop dulu kalau perlu.
Semua fokus dipenjualan. Tidak hanya marketing saja. Bahkan direktur turun tangan. Cari orderan.
Namun permintaan pasar rendah. Daya beli sangat memprihatinkan. Masyarakat hanya bertahan hidup standar. Tidak banyak untuk belanja. Pas-pasan saja.
Itulah ungkapan singkat seorang CEO muda sambil menghirup aroma kopi yang masih mengebul, panas.
Rencana peluncuran produk baru di tahan. Momen tidak tepat. Jangan dulu, kalau dipaksa 'bunuh diri' namanya. Kita bertahan saja, serangan mengendur.
Tim kreatif putar otak. Apapun produk yang dilempar akan sulit bestseller. Terseok-seok di etalasi relasi berakhir slow motion seperti daun jatuh. Mengenaskan. Retur menumpuk. Bagian gudang menjerit.
Inilah realita.. walau tidak dirasakan semua orang. Mungkin juga semua ?
Kopi mulai hangat, sang CEO mencoba nyruput pelan-pelan. Enak.
Ada gagasan pemilik saham untuk banting setir. Balik kanan. Daripada bertahan tapi masuk jurang. Lebih baik menyelamatkan yang ada. Jangan hancur lebur. Babak bunyak.
Beberapa opsi dipilih, semuanya berat. Tidak ada yang mengenakkan. Tapi bagaimana lagi. Buyaaar.
Pilihan harus diambil. Ketok palu. Thok.. thok... thok.
Sruuuput... kopi mulai dingin. Tinggal setengah gelas dan sekali tenggak ludes. Jam menunjukkan 00.33 tetapi solusi masih belum ada. Sang CEO pulang dalam keadaan mata cekung dan baju kusut.
Besok pagi ada rapat manajemen musti ada keputusan yang diambil.
Sekian pandangan mata. Woooahhhh... ngantuk
Postingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar